Republiktimes.com – 2 pengamat politik masing-masing memberikan penilaian yang berbeda untuk ketiga Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) yang akan berkontestasi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta.
Keduanya bahkan menilai, bahwa masing-masing calon masih banyak gimmick dan minim gagasan yang bersifat solutif.
Pengamat Politik, yang juga Dosen FHISIP Universitas Terbuka, Insan Praditya Anugrah, menyatakan bahwa sejauh ini para calon sibuk mencari perhatian masyarakat dengan istilah-istilah yang menarik pemilih dan ha-hal yang bersifat gimmick.
“Pada dasarnya, ketiga calon masih dominan gimmick. Namun, dari ketiganya baru satu paslon yang lumayan memaparkan substansi ide konkret dan solutif terhadap permasalahan Jakarta, yakni Pramono-Rano. 2 paslon lain seperti Ridwan Kamil dan Dharma Kun tampak hanya sibuk mencari gimmick agar populer di masyarakat,” ungkap Insan, dalam keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut, terkait program-program seperti mengatasi kemacetan, krisis air bersih dan kurangnya ruang terbuka hijau, serta kebijakan inklusif terhadap kaum disabilitas, hanya dijelaskan oleh Paslon Pramono-Rano.
“Isu-isu esensial Jakarta dan solusinya baru disampaikan oleh tim Pramono-Rano. Ada pembagunan apartemen TOD untuk mengatasi masalah kemacetan, pembangunan pipa untuk air bersih hingga pembangunan tanaman vertikal untuk mengatasi polusi udara. Solusi atas isu esensial inilah yang kita tunggu dari calon-calon lainnya,” pungkas Insan.
Sedikit berbeda dengan Insan, Dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Erick Ardiyanto, menilai, bahwa ketiga calon saat ini hanya fokus menarik perhatian pemilih.
Padahal, sambung Erick, publik membutuhkan akses informasi terkait solusi dari permasalahan yang ada dari para Calon Gubernur secara lebih transparan dan terbuka.
“Dalam konteks Pilkada Jakarta, saya kira penting bagi para calon untuk tidak hanya mengandalkan popularitas atau gimmick untuk menarik perhatian pemilih. Masyarakat Jakarta berhak mendapatkan informasi yang transparan, konkret, dan terukur mengenai rencana serta kebijakan yang akan diusung oleh calon pemimpin mereka.”
“Keterbukaan informasi adalah kunci untuk membangun kepercayaan publik, dan tanpa penyampaian visi yang jelas, pemilih akan kesulitan untuk membuat keputusan yang tepat.”
Selain itu, menurut Erik, para calon harus bisa memanfaatkan berbagai platform komunikasi untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Ketimbang gimmick, isu-isu seperti: kemacetan, masalah perumahan, perubahan iklim dll membutuhkan solusi konkret.
Diskusi terbuka, forum debat, dan sesi tanya jawab dapat menjadi kesempatan yang baik untuk menyampaikan pandangan mereka serta mendengar aspirasi masyarakat. Keterlibatan publik dalam proses ini dinilai sangat penting, karena akan membantu calon memahami kebutuhan dan harapan masyarakat Jakarta.
“Kita semua menyaksikan berbagai isu penting yang dihadapi Jakarta, mulai dari kemacetan, masalah perumahan, hingga perubahan iklim. Oleh karena itu, kehadiran pemimpin yang memiliki solusi konkret dan rencana aksi yang jelas sangat dibutuhkan. Saya mendorong ketiga kandidat untuk segera merilis agenda dan program kerja yang dapat dipahami oleh masyarakat, sehingga pemilih dapat membuat pilihan yang cerdas dan beralasan,” pungkas Erik.