Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara, Turki, belum menerima laporan terkait ada atau tidak warga negara Indonesia (WNI) yang tewas akibat gempa berkekuatan magnituro (M) 7,8 di selatan Turki. Sejauh ini, KBRI Ankara baru menerima 3 WNI yang terluka akibat gempa tersebut.
“Dilaporkan, sebanya tiga WNI mengalami luka, yakni satu orang di Kahramanmaras dan 2 orang Hatay. Saat ini WNI yang menjadi korban sudah dirujuk ke rumah sakit terdekat,” demikian pernyataan tertulis dari KBRI Ankara, Senin (6/2/2023).
Disebutkan, kedalaman gempa sekitar 17,9 kilometer dan tidak berpotensi tsunami. Namun, setelah gempa M 7,8, 15 menit kemudian terjadi gempa susulan berkekuatan M 6,7.
Pihak KBRI Ankar telah berkoordinasi dengan pejabat daerah untuk mendata kemungkinan jumalh WNI yang menjadi korban bertambah. KBRI juga berkoordinasi dengan Satgas Perlindungan WNI dan PPI di sekitar lokasi terdampak gempa.
Meski belum ada laporan WNI yang tewas, KBRI megnatakan, beberapa warga Indonesia yang ada di Kahramanmaras telah diminta untuk meninggalkan apartemen mereka. Pasalnya, beberapa gedung apartemen mengalami kerusakan dan rentan roboh akibat gempa tersebut.
Disebutkan pula, KBRI tengah berusaha agar ada penampungan sementara. “Sejauh ini belum ada laporan WNI yang tewas akibat gempa,” ujar KBRI Ankara.
Gempa yang terjadi pada Senin (6/2/2023) pagi itu merupakan salah satu gempa paling kuat yang melanda wilayah itu setidaknya dalam satu abad. Ratusan orang dikabarkan menderita luka-luka dan jumlah korban tewas diperkirkan akan terus berdampak melihat dampak kerusakan yang sangat parah.
Jumlah korban, sementara ini, telah mencapai lebih dari 500 orang dengan korban terbanyak di Suriah. Gempa pertama terjadi di Kota Pazarcık, satu jam di utara Gaziantep, sebuah kota industri di selatan Turki. Sementara, Kota Nurdagi, sekitar 80 km barat daya ibu kota, menjadi pusat gempa kedua.