Republiktimes.com – Sekjen PP SEMMI, Rizky Abdul Rojak menyatakan keprihatinan mendalam terkait kurangnya perhatian pemerintah terhadap kelas menengah Indonesia. Satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran menjabat, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh kelompok ini.
“Middle class Indonesia masih menghadapi berbagai kesulitan, seperti tekanan inflasi, beban pajak yang tinggi, dan akses terbatas ke fasilitas kesehatan dan pendidikan yang berkualitas,” ujar Rizky Abdul Rojak.
Data yang dihimpun oleh SEMMI menunjukkan bahwa selama satu tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,1%, sementara inflasi mencapai 3,5%. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat, terutama kelas menengah.
“Jika middle class tidak terberdayakan, maka akan berdampak pada penurunan konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi,” tambah Rizky.
Lebih lanjut, Rizky mengkhawatirkan bahwa jika masyarakat dengan kelas menengah tidak diperhatikan, dikhawatirkan malah membuat kelas bawah baru dan terjadi polemik sosial.
“Jika hal ini terus berlanjut, maka kita akan melihat peningkatan jumlah masyarakat yang jatuh ke dalam kategori miskin dan rentan, sehingga memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi,” jelasnya.
Dampak lain dari kurangnya pemberdayaan middle class adalah meningkatnya kesenjangan sosial dan ekonomi. Kelas menengah yang tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan yang berkualitas akan semakin tertinggal dan sulit untuk meningkatkan taraf hidupnya.
“Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah konkret untuk memberdayakan middle class, seperti memberikan insentif pajak, meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan, serta meningkatkan infrastruktur ekonomi,” tegas Rizky.
SEMMI berharap pemerintah dapat memperhatikan kepentingan middle class dan mengambil langkah-langkah strategis untuk memberdayakan kelompok ini, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
