Republiktimes.com, Turki, – Diskusi panel bertajuk “Demokrasi Terancam Sekarat di Indonesia??” yang diadakan di Koali Lounge and Dine, Istanbul, Turki, menjadi ajang penyampaian keresahan masyarakat diaspora terhadap kondisi demokrasi di tanah air.
Dalam diskusi yang dipimpin oleh Ismawan Amir, MS.c, dari The Center of Business and Policy Studies Indonesia-Türkiye, beberapa tokoh muda dan akademisi mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait penurunan kualitas demokrasi di Indonesia.
“Kita melihat demokrasi yang seharusnya menjadi tumpuan harapan justru mengalami penurunan yang mengkhawatirkan,” ujar Ismawan, membuka diskusi.
Para panelis yang hadir, seperti Fiqhy Radhiyya, B.A (Ketua Umum KAMMI Türkiye), Mahendra Utama Cahya Ramadhan, S.H (Mahasiswa S2 Islamic Sciences Istanbul Sabahattin Zaim University), dan Naufal Ubaidillah, S.IP (Mahasiswa S2 Political Science and International Relations Istanbul Sabahattin Zaim University). Diskusi tersebut juga dihadiri oleh berbagai elemen mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum yang tinggal di Turki.
Fiqhy, pun turut memberikan pandangannya, tentang bagaimana demokrasi di Indonesia kian merosot. Terutama dengan adanya usaha untuk menganulir Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Pilkada Serentak 2024.
“Kita harus waspada terhadap upaya-upaya yang ingin melemahkan demokrasi dengan mengabaikan Keputusan MK,” ujar Fiqhy.
Senada, panelis lainnya, yakni Mahendra, juga menyoroti aspek penting dalam menjaga kualitas demokrasi.
“Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang berpijak pada keadilan dan kesetaraan. Ketika keadilan mulai terkikis, demokrasi pun ikut goyah,” ujar Mahendra, sembari mengajak peserta untuk merenungkan dampak dari ketidakadilan yang semakin merajalela di Indonesia.
Sementara itu, Naufal pub menambahkan, di mana menurutnya, kekuasaan yang dikuasai segelintir orang tanpa kontrol yang jelas hanya akan membawa Indonesia menuju jurang otoritarianisme.
“Kita melihat bagaimana oligarki terus menggerogoti fondasi demokrasi. Ini adalah ancaman yang harus kita lawan bersama,” tegasnya.
Diskusi pun semakin menarik, saat Ketua Rumeli Institute, Guruh Budi, membacakan petisi yang telah disiapkan oleh Aliansi Pelajar Mahasiswa Diaspora Indonesia di Turkiye. Petisi tersebut mencakup lima tuntutan utama:
1. Kami menuntut setiap kebijakan dan tindakan pemerintah harus selalu berpedoman pada prinsip-prinsip keadilan, kesejahteraan, dan demokrasi yang telah disepakati bersama tanpa terkecuali. Pemerintah, yaitu Presiden Republik Indonesia, Wakil Presiden, dan menteri, harus menjunjung tinggi dan melaksanakan seluruh amanat Konstitusi dan UUD 1945.
2. Kami menuntut pemerintah untuk segera menerapkan sistem meritokrasi secara konsisten dan transparan dalam seluruh proses seleksi dan pengangkatan pejabat publik. Tidak ada lagi toleransi terhadap nepotisme, kolusi, dan korupsi dalam pemerintahan. Kompetensi, integritas, dan dedikasi harus menjadi satu-satunya kriteria dalam memilih pemimpin.
3. Kami mendesak pemerintah untuk segera menghentikan seluruh bentuk pelanggaran konstitusi. Konstitusi adalah kesepakatan bersama seluruh rakyat Indonesia yang harus dihormati oleh semua pihak, termasuk pemerintah. Kami tidak akan tinggal diam jika pemerintah terus mengabaikan amanat rakyat.
4. Kami mendesak aparat penegak hukum untuk segera membebaskan seluruh demonstran yang tidak melakukan tindakan anarkisme. Hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak yang dilindungi undang-undang. Penangkapan sewenang-wenang terhadap demonstran damai adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan.
5. Kami menghimbau kepada seluruh diaspora Indonesia di Turki dan di seluruh dunia untuk segera turun tangan dan bersama-sama mengawal proses demokrasi di tanah air Indonesia.
Terakhir, diskusi dan pembacaan petisi tersebut seakan menjadi refleksi atas keresahan diaspora terhadap arah demokrasi di Indonesia. Mereka berkomitmen untuk terus mengawal proses demokrasi, baik dari luar negeri maupun dengan berkolaborasi bersama rekan-rekan di Indonesia.
“Mahasiswa Indonesia di luar negeri harus menjadi agen perubahan, membawa pengetahuan dan pengalaman yang dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik, begitu pesan BJ Habibie yang harus selalu diingat,” papar Ismawan.