Republiktimes.com – Saat santai menunggu Syeikh Muniem selesai beristirahat, seperti biasa saya duduk sambil ngobrol dengan asatidz dan para khodim di Zawiyah Arraudhah Tebet. Ceritanya kami sedang ngobrolin Wali qutb Syaikh Hasan Syadzili yang merupakan pendiri thoriqot Syadziliyah ketika dia bergabung untuk melawan Pasukan Salib. Iya, Syeikh Hasan Syadzili ikut berperang. Lalu ketika perang berakhir, beliau menarik diri untuk kembali ke zawiyahnya.
“Beliau tentu saja tidak bersedia untuk ikut dalam pembagian jabatan,” kata Ustadz Azka, lulusan Al Azhar Mesir yang merupakan salah satu asatidz di Zawiyah Arraudhah.
Obrolan justru berlanjut tentang ulama – ulama Indonesia, yang katanya merekalah rahasia dari terjaganya bumi gemah ripah loh jinawi ini.
“Kata almarhum Kiyai Hasyim Muzadi, Indonesia masih terjaga karena doa para ulama, bukan saja on the track, tapi udah terbang di atas rel,” ujar Ustadz Azka lagi sembari tertawa ringan, khas ustadz ustadz.
Sebegitunya kasih sayang para ulama untuk negeri ini, sampai – sampai pada pemilu 2019 lalu, sekelompok ulama sengaja menyebar mendukung dua kubu paslon demi ikhtiar mereduksi pembelahan umat islam, bahkan pembelahan bangsa Indonesia. Lantas bagaimana dukungan dan kasih sayang ulama pada pemilu 2024 sekarang? Lets see.
Pertama, di kubu paslon Anies – Muhaimin, sederetan nama kondang seperti Nihayatul Wafiroh (Pengurus Fatayat NU Yogyakarta 2012 – 2016), Maksum Faqih (Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban), Nasirul Mahasin (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Tahfidzal Qur’an Narukan, kakak Gus Baha), Ustadz Abdul Somad serta Ustadz Adi Hidayat telah terang mendukung Anies Muhaimin.
Selanjutnya pada pasangan calon Prabowo – Gibran, sederet nama yang dikenal memiliki pengaruh luasa seperti Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (Ketua Jam’iyyah Ahlutthoriqoh al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah), Ny. H. Machfudhoh Aly Ubaid (Dewan Pembina PP Muslimat NU), K.H. Ali Masykur Musa (Ketua Umum PP ISNU), K.H. Nusron Wahid (Ketua PBNU), M. Irfan Yusuf Hasyim (Cucu pendiri NU, K.H. Hasyim Asyari), K.H. Asep Saifuddin Chalim (Ketua Umum PP Pergunu), Hj. Arifah Choiri Fauzi (Sekretaris PP Muslimat NU), K.H. Kharor Aschal (Cicit syaikhona Kholil Bangkalan), K.H Abdul Ghofur (Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajad Lamongan), K.H. Adib Rofiuddin Izza (Pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon), Juri Ardiantoro (Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia) serta Gus Miftah turut bergabung untuk mendukung Capres Cawapres Prabowo – Gibran.
Juga pada kubu Ganjar – Mahfud terdapat nama Arwani Thomafi (anak dari ulama NU sekaligus pemilik pesantren di Lasem, Rembang Alm. KH Ahmad Thoifur), Yenny Wahid (Putri Gus Dur), Ahmad Basarah (Wakil Ketua Lakpesdam PBNU) serta Kiyai Abuya Muhtadi Dimyathi. Juga tak ketinggalan ulama – ulama di seluruh nusantara yang tersebar mendukung lintas pasangan calon.
Buya Yahya mengatakan bahwa deklarasi ulama untuk mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden ini sangat penting sebagai upaya untuk memberi kesejukan dan seruan akhlak yang baik. Utamanya untuk menjaga agar umat tidak saling bermusuhan hanya karena persoalan pemilu. Bukan justru sebaliknya malah membelah umat islam dan bangsa.
Dan arti penting dari semua ini adalah, tidak ada satupun kubu yang berhak mengklaim bahwa hanya calonnya lah yang didukung ulama. Sehingga tidak ada lagi yang namanya “memperalat umat”. Salam damai.
Zahra
Ketua JAPTI
CEO Jurnal Publik