Yogyakarta, Republiktimes.com – Bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok negara berkembang BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) menjadi langkah strategis dalam memperluas pengaruh ekonomi dan diplomasi Indonesia di kancah global. Keputusan ini diharapkan dapat membuka peluang baru untuk meningkatkan kerja sama perdagangan, investasi, dan pengembangan teknologi dengan negara-negara anggota BRICS. Namun, langkah ini juga menuntut Indonesia untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan negara-negara non anggota BRICS, khususnya Amerika Serikat, yang merupakan mitra dagang utama dan memiliki peran signifikan dalam perekonomian global.
Peneliti Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara (PKAEN), Edo Segara Gustanto, mengatakan bahwa bergabung dengan BRICS tidak berarti Indonesia mengabaikan kemitraan strategis dengan negara-negara lain. “Indonesia harus tetap berkomitmen untuk menjaga komunikasi yang erat dengan semua mitra internasional, termasuk Amerika Serikat, demi kepentingan nasional dan stabilitas global,” ungkap Edo yang juga akademisi di Fakultas Ekonomi IIQ An Nur Yogyakarta.
Tantangan dan Peluang
Bergabung dengan BRICS membawa sejumlah tantangan, terutama dalam menjaga netralitas diplomatik. Amerika Serikat, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di dunia, memiliki hubungan perdagangan yang sangat erat dengan Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat mencapai lebih dari USD 37 miliar. Kerja sama di sektor energi, teknologi, dan pendidikan juga menjadi pilar penting dalam hubungan kedua negara.
Sebagai anggota BRICS, Indonesia diharapkan turut serta dalam inisiatif-inisiatif strategis seperti New Development Bank (NDB) yang berfokus pada pembiayaan infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan. Namun, hal ini harus dilakukan tanpa menimbulkan kekhawatiran di antara mitra dagang non anggota BRICS.
Strategi Komunikasi Diplomatik
Untuk menjaga keseimbangan ini, Indonesia perlu memperkuat strategi komunikasi diplomatik yang inklusif. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Meningkatkan Dialog Bilateral: Indonesia harus secara aktif melibatkan Amerika Serikat dalam dialog bilateral untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan strategis di BRICS tidak bertentangan dengan kepentingan bersama.
- Memperkuat Kerja Sama Ekonomi: Indonesia dapat memperluas kerja sama di sektor-sektor strategis seperti transisi energi, perdagangan digital, dan pendidikan. Hal ini dapat memberikan sinyal positif bahwa Indonesia tetap mengutamakan kemitraan yang saling menguntungkan.
- Transparansi Kebijakan: Pemerintah Indonesia perlu memastikan bahwa kebijakan yang diambil dalam kerangka BRICS bersifat transparan dan inklusif, sehingga tidak memicu persepsi negatif dari negara-negara non anggota.
Peran Dunia Usaha
Selain pemerintah, dunia usaha juga memiliki peran penting dalam menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) diharapkan dapat menjembatani kepentingan bisnis kedua negara melalui berbagai forum ekonomi dan perdagangan.
Keanggotaan Indonesia di BRICS adalah langkah strategis yang dapat memperkuat posisi negara di arena global. Namun, keberhasilan langkah ini sangat bergantung pada kemampuan Indonesia untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan negara-negara non anggota BRICS, terutama Amerika Serikat. Melalui diplomasi yang inklusif, kerja sama yang saling menguntungkan, dan komunikasi yang transparan, Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dari keanggotaannya di BRICS tanpa mengorbankan hubungan strategis dengan mitra-mitra lainnya.[]