Jakarta, RepublikTimes – Turki terus berbenah pasca bencana gempa yang menghampirinya. Gempa tersebut berpusat di kota Kahramanmaras yang berada sekitar 1.150 km dari Istanbul, atau sekitar 600 km dari Ankara, ibukota Turki, yang berada di bagian Timur Selatan atau Tenggara Turki.
Dalam gempa yang berkekuatan 7,8 SR tersebut bangunan runtuh secara umum yang terdampak berada di 10 propinsi. 5 Propinsi yang terparah adalah ; Kahramanmaras, Malatya, Adana, Hatay, Adiyaman. Kemudian 5 terparah kedua adalah ; Saliurfa, Diyarbakir, Osmaniye, Kilis, dan Ganziantep.
Di Hatay yang paling parah berdampak adalah bangunan rumah sakit dan bandara rusak berat. Di bandara tersebut tidak bisa mendarat pesawat sehingga bantuan sampai kesana sulit di daratkan. Di Malatya ada 2 hotel yang runtuh. Bumbungan di bandara juga jebol dan hancur. Kemudian di Kayseri juga berdampak ada 1 masjid yang menara dan kubahnya runtuh.
Turki Mengumumkan Cukup Dokter, Sukarelawan dan Tim Pendukung Seminggu Setelah Gempa
Namun yang menakjubkan adalah seminggu pasca gempa, per 14 Februari 2023, Kementerian Kesehatan Turki menyampaikan kepada seluruh Kedutaan Besar asing di Turki bahwa saat ini Turki telah memiliki cukup dokter, sukarelawan dan tim pendukung yang bekerja di wilayah gempa.
Apabila ada sukarelawan yang belum berangkat ke Turki dan masih berada di negaranya, disarankan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Turki.
Namun, apabila telah berada di Turki, dipersilakan untuk menghubungi Kementerian Kesehatan Turki melalui alamat email: disabgm@saglik.gov.tr, dengan mengirimkan identitas, tujuan, dan spesialisasi (dengan referensi). Data sukarelawan ini selanjutnya akan dinilai.
Pemberitahuan email tersebut bukan sebagai jaminan bahwa Kemenkes Turki akan memerlukan sukarelawan di lokasi terdampak. Email akan dijawab dalam kurun waktu 3-5 hari. Mengingat waktu tinggal para sukarelawan tidak panjang, dan kepulangan ke negara masing-masing merupakan opsi terbaik menurut laman Kedutaan Besar Indonesia yang menyiarkan informasi tersebut.
Pemerintah Turki juga menyampaikan dalam tugas penanganan gempa yang terkait kesehatan, Kemkes Turki berkoordinasi dengan AFAD.
Informasi yang disampaikan pemerintah Turki kepada Kedutaan Besar Asing seminggu pasca gempa tersebut menunjukan bahwa Turki menangani dengan cepat para korban gempa dan tidak berlarut-larut meski media internasional hingga hari ini masih terus mengecam pemerintah Turki dan tidak memberikan informasi yang berimbang terkait kerja keras pemerintah dan masyarakat Turki dalam membangun negaranya kembali pasca gempa.
Kecaman dan tuduhan terhadap pemerintah Turki dijawab oleh Pemerintahan Erdogan dengan kerja nyata yang dirasakan langsung oleh para korban gempa.
Darlis Aziz, Ketua KNPI Turki, juga menyampaikan bahwa tidak ada berita yang beredar di media dalam negeri Turki yang mengecam bahwa pemerintah Turki lambat dalam tanggap darurat ataupun berita lain yang menyatakan bahwa Presiden Erdogan mengakui bahwa ada keterlambatan tanggap darurat dari pihak pemerintah yang terkait. Media dalam negeri Turki justru saling membangun untuk saling membantu secara tanggap dalam segala hal terkait penanganan terdampak gempa Turki.
Misi Kemanusiaan Indonesia Berakhir di Turki
Pemerintah Indonesia turut membantu dalam misi kemanusiaan pasca gempa Turki. Misi Medis Gawat Darurat Pemerintah Indonesia yang tergabung dalam Ina-EMT (Indonesian Emergency MEdical Team) resmi berakhir pada Senin, 27 Februari 2023 lalu. Pengakhiran ditandai dengan penandatanganan berita acara hibah Rumah Sakit Lapangan Indonesia di Hassa City, Hatay, dari Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, hingga perwakilan Kementerian Kesehatan Turki, Arif Cetin.
Kementerian Kesehatan Turki kemudian akan mengambil alih pengelolaan rumah sakit lapangan tersebut. Pada kesempatan yang sama, Indonesia juga menyerahkan kembali 4 kontainer bantuan sembako instan dari Kemhan RI.
Acara penutupan misi kemanusiaan Ina-EMT dan penandatanganan hibah rumah sakit lapangan juga dihadiri oleh Gubernur Yozgat, Ziya Polat, perwakilan Kementerian Sosial dan Keluarga, Komandan Jandarma wilayah Hassa, para Bupati dan sejumlah anggota masyarakat.
Selain Ina-EMT, Misi Kemanusiaan Indonesia di Turki yang dimulai dua hari setelah gempa, saat Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal menyerahkan 1 kontainer makanan instan kepada Turk Kizilay, Gaziantep (8/2/2023).
Untuk memenuhi misi kemanusiaan seperti yang diminta oleh pemerintah Turki, selama ini Dubes RI untuk Turki membuka kantor di Adana untuk mengkoordinasikan misi kemanusiaan dan mengevakuasi WNI yang terkena dampak ke Ankara.
Rombongan pertama misi kemanusiaan Pemerintah Indonesia untuk penanganan pasca gempa di Turki tiba di Bandara Adana (12/2/2023). Misi tersebut dilakukan oleh 2 pesawat TNI AU yang tiba pada dua waktu berbeda. Pendaratan pertama dilakukan pada pukul 10.05 Waktu Turki dengan B 737-400 membawa 47 personel Medium Urban SAR BASARNAS (MUSAR Inasar) dan peralatan ringan. Sementara itu, pendaratan kedua pukul 17.00 Waktu Turki dengan membawa Hercules C-130 membawa alat berat dan bantuan kemanusiaan dari Kementerian Pertahanan.
Segera setelah pendaratan pesawat pertama, seluruh personel INASAR langsung menuju ke wilayah operasional yang ditentukan AFAD (Badan Penanggulangan Bencana Turki), yaitu Antakya, Provinsi Hatay. Setibanya di Antakya Tim INASAR segera berkoordinasi dengan UN Office for Humanity di Antakya dan bergabung dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
Bantuan Kemanusiaan Gelombang Kedua dari Pemerintah Indonesia, tiba di Bandara Sakirpasa, Adana, 13 Februari 2023, pukul 21.00 waktu setempat. Rombongan membawa Tim EMT (Emergency Medical Team) yang terdiri dari 110 personel, rumah sakit lapangan dan bantuan logistik kemanusiaan seberat hampir 40 ton. Rombongan diterima langsung oleh Koordinator Bantuan Kemanusiaan AFAD, Duta Besar Mehmet Gulluoglu.
Bantuan Kemanusiaan ketiga dari Pemerintah Republik Indonesia untuk korban gempa Turki tiba di Bandara Adana Şakirpaşa, Turki, pada Rabu, 22 Februari 2023, pukul 00.00 waktu setempat. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Bapak Muhadjir Effendy yang diutus oleh Presiden Joko Widodo untuk mewakili Pemerintah Republik Indonesia.
Gelombang ketiga membawa 78 ton bantuan kemanusiaan termasuk vaksin tetanus dan serum serta vaksin rabies yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah Turki.
“Bagi masyarakat Indonesia, Turki memiliki tempat khusus di hati kami. Begitu juga Indonesia bagi masyarakat Turki. Indonesia dan Turki adalah saudara. Kami berdoa agar Turki, seluruh masyarakat Turki dan pemerintah Turki dapat segera pulih dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya,” kata Menko tentang alasan misi tersebut (22/2/2023).
Sementara itu, Anggota Dewan Pertimbangan Kebijakan Luar Negeri Turki, Murat Salim Esenli mewakili pemerintah Turki menyambut baik bantuan kemanusiaan dan kedatangan perwakilan dari pemerintah Indonesia. Menurutnya, hal ini membuktikan kuatnya ikatan yang terjalin antara kedua negara.
Di sela-sela misi kemanusiaan, pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besarnya juga mengevakuasi 125 WNI, 3 Filipina, 2 Malaysia dan 1 WNI Myanmar dari wilayah terdampak gempa di Hatay, Kahramanmaras, Gaziantep, Diyarbakir dan Malatya ke Ankara (8/2/2023). Ada sekitar 500 warga Indonesia yang tinggal di daerah terdampak, sebagian besar pelajar, pekerja spa, dan warga Indonesia yang menikah dengan warga Turki serta keluarganya. Secara total, 4 orang Indonesia meninggal akibat gempa; dua jenazah dikembalikan ke keluarganya di Indonesia (22/2/2023).
Sejak kedatangannya di Turki pada 12 Februari, pesawat angkut Hercules C-130 Indonesia beserta awaknya dikerahkan di Turki untuk mengangkut bantuan logistik dan kemanusiaan. Bekerja sama dengan AFAD, pesawat tersebut telah melakukan misi di Istanbul, Adana, Kahramanmaras, dan daerah terdampak lainnya. Pesawat tersebut berbasis di bandara militer Etimesgut, Ankara dan masa penugasannya sudah berakhir pada 2 Maret 2023.
Dalam sejarah misi kemanusiaan Indonesia di luar negeri, misi kemanusiaan di Turki adalah yang terbesar.
Berakhirnya misi kemanusiaan di Turki dalam waktu kurang dari sebulan menunjukan bahwa pemerintah Turki sudah bisa menangani para korban gempa dengan baik dan berbenah dengan cepat serta membangun kembali daerah terdampak pasca gempa tersebut.
Namun lagi-lagi sayangnya berita kecaman terhadap pemerintah Erdogan lebih kencang dihembuskan di dunia internasional daripada kerja nyata yang sudah diselesaikan pemerintah Turki dan masyarakatnya dalam menghadapi dampak gempa tersebut.
Kecaman Internasional yang Menyasar Pemilu Turki 2023
Kecaman media internasional yang terus datang kepada pemerintah Turki membuat masyarakat dunia mencoba membaca agenda Turki ke depannya.
Dalam waktu dekat, tidak sampai 3 bulan lagi, Turki nyatanya akan melakukan Pemilu.
Turki akan melaksanakan Pemilu pada 14 Mei 2023.
Pemilu tahun ini seharusnya diadakan pada bulan Juni, tetapi anggota partai di pemerintahan mengatakan bahwa bulan itu bertepatan dengan musim panas dan hari libur keagamaan, sehingga jadwal Pemilu dimajukan.
Semakin dekatnya Pemilu dan semakin gencarnya media internasional mengecam Presiden Erdogan menunjukan sisi lain mata uang bahwa besarnya peran Presiden Erdogan dalam dunia internasional. Kekhawatiran dunia internasional terhadap visi Turki Hezer Hedef 2023 menjadikan media internasional bekerja keras untuk terus menjatuhkan pemerintahan Erdogan agar visi Turki dan masyarakat Turki yang akan merayakan 100 tahun Turki modern dengan segala kejayaannya, tidak akan terwujud dengan gemilang.