Jamie Vardy: Perpisahan Sang Legenda Leicester City

Jakarta, Republiktimes.com – Jamie Vardy resmi mengakhiri perjalanan luar biasa selama 13 tahun bersama Leicester City, menutup babak yang penuh inspirasi dalam sejarah sepak bola Inggris. Dari lapangan non-liga hingga puncak Premier League, kisah Vardy adalah simbol ketekunan, kesetiaan, dan semangat juang yang tak tergoyahkan.

Lahir di Sheffield pada 11 Januari 1987, Vardy memulai kariernya di klub amatir Stocksbridge Park Steels sebelum melanjutkan ke Halifax Town dan Fleetwood Town. Pada 2012, Leicester City merekrutnya dengan biaya £1 juta—rekor untuk pemain non-liga saat itu. Meski awalnya diragukan, Vardy perlahan membuktikan diri sebagai striker tajam dan pekerja keras yang kemudian menjadi tumpuan utama lini depan The Foxes.

Puncak kariernya terjadi pada musim 2015/2016 ketika ia mencetak gol dalam 11 pertandingan Premier League berturut-turut, memecahkan rekor Ruud van Nistelrooy. Lebih hebat lagi, ia memimpin Leicester City menjuarai Premier League—prestasi yang sebelumnya nyaris mustahil dengan peluang 5.000 banding 1—dan menjadikannya salah satu kisah paling menakjubkan dalam sejarah olahraga.

Selama lebih dari satu dekade, Vardy menolak berbagai tawaran menggiurkan, termasuk dari Arsenal dan klub-klub Timur Tengah, demi tetap setia pada Leicester. Ia juga membantu klub bangkit dari degradasi pada 2023 dan kembali promosi ke Premier League pada 2024, mencetak dua gol penentu gelar Championship dalam kemenangan 3-0 atas Preston North End. Total, Vardy mencetak 198 gol dalam hampir 500 penampilan untuk Leicester. Ia juga meraih Golden Boot Premier League pada 2020 dengan 23 gol, menjadi pencetak gol tertua yang memenangkan penghargaan tersebut. Selain itu, ia turut mengangkat trofi FA Cup 2021 dan dua gelar Championship.

Keputusan Vardy untuk hengkang datang setelah Leicester kembali terdegradasi dari Premier League. Dalam pernyataan perpisahannya, ia mengungkapkan rasa terima kasih kepada pemilik klub, manajer, dan para penggemar, meski menarik perhatian karena tidak menyebut direktur olahraga Jon Rudkin—yang disebut-sebut memiliki hubungan kurang harmonis dengannya. Vardy juga merilis susunan “Best XI” sepanjang kariernya di Leicester, yang didominasi oleh skuad juara 2016 dan tidak menyertakan pemain dari skuad saat ini seperti James Maddison atau Wilfred Ndidi. Hal ini dianggap oleh banyak pihak sebagai kritik tersirat terhadap arah tim beberapa tahun terakhir.

Meski berusia 38 tahun, Vardy masih diminati oleh beberapa klub, termasuk dari Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat. Namun hingga kini belum ada keputusan resmi mengenai langkah selanjutnya dalam kariernya. Apakah akan melanjutkan bermain di luar negeri atau memilih pensiun, itu akan menjadi babak baru yang ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya.

Jamie Vardy bukan sekadar legenda Leicester City; ia adalah simbol dari mimpi yang menjadi kenyataan. Dari pemain non-liga hingga juara Premier League, kisahnya menginspirasi jutaan orang bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, tidak ada yang mustahil. Terima kasih, Jamie Vardy, atas segala kenangan dan dedikasi yang telah diberikan. Warisanmu akan selalu hidup di hati para penggemar sepak bola di seluruh dunia.[]

Share this post :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on pinterest
Pinterest