Konsolidasi Partai Berkarya, menakar ulang arah politik dari Munas I

Republiktimes.com – Partai Berkarya berusaha menegaskan kembali posisinya dalam lanskap politik nasional. Lewat Musyawarah Nasional (Munas) I yang digelar di Gading Serpong, Tangerang, pada 14–15 Juli 2025, partai ini memulai upaya konsolidasi menyeluruh. Tidak hanya secara struktural, tetapi juga ideologis.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Berkarya, Fauzan Rachmansyah, menyebut, Munas kali ini sebagai penanda penting dalam perjalanan partai. Ia menolak menyebut forum itu sebagai agenda formalitas. Menurutnya, inilah momentum kebangkitan yang telah lama dipersiapkan.

“Yang kami bawa dalam Munas bukan sekadar keputusan organisasi, melainkan api semangat untuk bangkit kembali. Ini bukan rutinitas, ini titik kebangkitan,” ujar Fauzan dalam wawancara bersama Tempo di kediamannya, Jakarta.

Dengan mengusung tema “Berkarya: Pembaharuan dan Kebangkitan”, partai ini mengafirmasi kembali identitasnya sebagai partai ideologis yang berakar pada nilai-nilai Presiden ke-2 RI, Soeharto. Lebih dari 400 peserta hadir dalam forum yang melampaui batas kuorum sesuai AD/ART partai.

Bagi Fauzan, akar ideologi partai tetap menjadi jangkar utama. Ia menolak anggapan, bahwa Partai Berkarya sekadar membawa warisan simbolik masa lalu.

“Kami adalah anak-anak ideologis dari Bapak Pembangunan. Kami tidak hadir hanya karena nama, tapi karena nilai,” tambahnya.

Salah satu keputusan penting Munas adalah perubahan AD/ART dan penyegaran struktur kepemimpinan. Melalui musyawarah mufakat, peserta menetapkan Moch. Ridwan Andreas sebagai Ketua Umum Partai Berkarya untuk periode 2025–2030. Ia juga diberikan mandat penuh sebagai formatur tunggal dalam menyusun kepengurusan baru.

Munas ini juga menandai peluncuran logo baru partai, berupa pohon beringin dengan akar kuat dan 45 mata rantai. Logo tersebut dimaknai sebagai lambang kekuatan rakyat yang tertanam dan bergerak menuju Indonesia Emas 2045.

“Beringin itu punya akar. Kami ingin menjadi partai yang tidak mudah tumbang karena akarnya tertanam dalam,” ucap Fauzan.

Dalam dokumen Munas dan pidato penutup, Fauzan memaparkan bahwa konsolidasi partai akan dilakukan melalui tiga pilar strategis, yakni Logistik: Penataan organisasi hingga ke tingkat desa, Estetik: Pembaruan wajah partai untuk tampil inklusif dan modern dan Dialektik: Pembangunan narasi politik yang santun, kuat, dan bernilai.

Ditambah ’empat roh gerakan’, yang dijadikan pendekatan utama adalah: Kejernihan diplomatik, Energi kinetik, Etik moral dan Authentik nilai. Konsep-konsep ini ditujukan sebagai kerangka kerja internal yang tidak hanya menyasar suara pemilih, tetapi juga kesadaran politik kader dan simpatisan.

Kemudian, Partai Berkarya sadar bahwa momentum ideologis harus berbanding lurus dengan kesiapan administratif dan elektoral. Seluruh DPW yang hadir menyoroti pentingnya kesiapan menuju proses verifikasi KPU 2027 serta partisipasi dalam Pemilu 2029.

“Kami menghadapi fase triple-serious: administratif, faktual, dan publik. Ini bukan hanya soal kelengkapan dokumen, tapi soal kredibilitas kami sebagai organisasi politik yang siap berkompetisi secara sehat,” tegas Fauzan.

Dengan kepemimpinan baru, simbol baru, dan strategi baru, Partai Berkarya berupaya melepaskan citra partai masa lalu yang stagnan. Mereka mengincar posisi lebih jelas dalam percaturan politik nasional, tanpa kehilangan jati diri ideologisnya.

“Kami tidak sedang membangun partai untuk viral, kami sedang membangun partai untuk bertahan. Kami tidak menawarkan mimpi, kami menawarkan kerja politik yang berakar dan berangkat dari nilai,” pungkasnya.