Jakarta, Republiktimes.com – Pengamat ekonomi memperingatkan bahwa aksi boikot terhadap produk terafiliasi Israel dapat membawa dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Dalam analisis terbarunya, Edo Segara Gustanto, pengamat ekonomi Pusat Kajian Analisis Ekonomi Nusantara, menyoroti potensi risiko meningkatnya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri di Indonesia akibat boikot.
Edo menjelaskan bahwa meskipun aksi boikot terhadap Israel merupakan bentuk solidaritas politik yang kuat, namun kita tidak dapat mengabaikan dampak ekonominya. “Boikot memang bisa menjadi alat diplomasi yang kuat, namun mohon maaf misalnya Starbucks kita boikot, pemasok kopi mereka siapa sih? Kan petani lokal juga. Begitu juga misalnya KFC, siapa pemasok ayam di gerai-gerai tersebut? Kan juga peternak lokal. Kalau omset menurun, sudah pasti akan ada penyesuaian operasional (PHK),” jelas Edo di sela sela talkshow terkait boikot yang diadakan di Pondok Pesantren YANMU NW, Lombok Tengah (9/9/2024).
Menurutnya, langkah boikot ini berpotensi memukul sektor-sektor seperti agribisnis, peternakan dan manufaktur yang mungkin tidak memiliki alternatif pemasok yang siap untuk mengisi kekosongan pasokan dengan cepat. Hal ini bisa memaksa perusahaan untuk melakukan penyesuaian yang ekstrem, termasuk pemutusan hubungan kerja.
Beberapa Perusahaan Terdampak Boikot Israel
Selama tahun 2023 hingga awal 2024, aksi boikot marak terjadi akibat adanya invasi militer Israel ke wilayah Gaza, Palestina. Beberapa perusahaan yang dianggap mendukung dan terafiliasi dengan Israel tidak luput dari aksi pemboikotan. Berikut sejumlah perusahaan yang terkena imbas boikot:
1. PT MAP Boga Adiperkasa, Tbk. (MAPB): MAPB dikenal sebagai perusahaan Indonesia pengelola merek-merek besar seperti Starbucks yang masuk dalam daftar boikot. Pada 2023 lalu, saham ini sempat mengalami penurunan semenjak adanya seruan boikot pada produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel. Dalam 6 bulan terakhir di 2023, saham MAPB tercatat anjlok hingga lebih dari 8%.
2. Unilever: Produk dan saham perusahaan dampak boikot selanjutnya yakni dari Unilever yang dikenal sebagai salah satu perusahaan yang menjual berbagai produk kebutuhan rumah tangga. Pada kuartal ketiga 2023 lalu, kinerjanya dilaporkan menurun hingga 15% akibat pengaruh sentimen investor dan keputusan yang diambil perusahaan terhadap isu geopolitik Israel.
3. Mitra Adiperkasa (MAPI): MAPI merupakan distributor sejumlah merek sepatu seperti Adidas dan Nike yang sama-sama masuk ke dalam daftar boikot di berbagai negara. Dalam beberapa bulan terakhir, saham MAPI tercatat mengalami fluktuasi, bahkan sempat melemah sebesar 0,60%.
Harus ada Barang Subtitusi (Pengganti)
Namun, Edo juga menegaskan bahwa risiko tersebut bisa diminimalisir dengan menyiapkan barang substitusi yang mampu menggantikan produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. “Substitusi produk menjadi kunci penting. Pemain pemain UMKM lokal harus segera ambil peluang ini. Pelaku industri perlu segera mengidentifikasi dan mengembangkan produk-produk alternatif yang dapat menggantikan produk terafiliasi Israel,” lanjutnya.
Edo juga mengajak para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk lebih aktif mencari solusi yang berimbang antara tuntutan politik internasional dan keberlanjutan ekonomi nasional. “Kita perlu bijak dalam mengambil langkah-langkah strategis yang mempertimbangkan kepentingan nasional kita dalam jangka panjang, termasuk dampak terhadap tenaga kerja,” tutupnya.[]