Yogyakarta, Republiktimes.com – Kemunculan teknologi Artificial Intellegence (AI) menjadi pro dan kontra, karena dinilai akan menggantikan peran manusia. Padahal hemat saya, mestinya yang namanya teknologi justru bisa membantu kehidupan manusia. Tanpa perlu merasa perannya akan digantikan. Bukan digantikan mungkin bahasa yang tepat, akan tetapi membantu kerja-kerja manusia.
AI adalah simulasi proses kecerdasan manusia yang dilakukan oleh mesin, terutama sistem komputer. AI merupakan salah satu temuan manusia yang berhasil merevolusi cara manusia dalam melakukan kegiatan industri sehingga bersama teknologi Internet of Things (IoT) telah melahirkan Revolusi Industri 4.0 yang saat ini telah mendistrupsi berbagai bidang kehidupan manusia.
Teknologi ini memberi banyak dampak kemudahan bagi sektor pemerintah maupun industri dengan berbasis inovasi pada ilmu pengetahuan, data, dll. Namun dalam penerapannya masih terdapat beberapa kendala dalam pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dikarenakan perlu adanya tingkat penguasaan teknologi yang cukup baik serta biaya operasional yang cukup besar.
Kontribusi AI dalam Bidang Ekonomi
Seperti dikutip dari media Kompas.com, gambaran sumbangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) membentuk masa depan perekonomian dunia tergambar dalam laporan lembaga riset PwC bertajuk “Sizing the prize: What’s the real value of AI for your business and how can you capitalise?”. Dalam laporan tersebut disebutkan proyeksi kecerdasan buatan (AI) yang mampu menyumbang peningkatan GDP dunia mencapai 14 persen atau senilai 15,7 triliun dollar AS pada 2030 nanti.
Perkiraan kontribusi AI tersebut terhadap perekonomian dunia didasarkan tiga aspek, yaitu perkembangan kecerdasan buatan, adopsi AI oleh dunia usaha, dan investasi AI oleh negara-negara di dunia. Walau tersebar dalam tiga aspek yang saling berkaitan, muara dari pengembangan AI tidak dapat dielakkan dari titik utama yakni persaingan menguasai kekuatan ekonomi dunia.
Saat ini negara-negara di dunia berada dalam kompetisi untuk menerapkan teknologi paling cerdas untuk dijadikan pondasi ekonomi digital di masa depan. Hal yang menarik dari proyeksi ekonomi 10 tahun mendatang adalah tetap bersaingnya kekuatan China dan Amerika Serikat. Saat ini kedua negara adidaya tersebut terlibat perang dagang, dan di era kecerdasan buatan mereka akan bersaing dalam wujud sistem digital.
Peran AI dalam Keuangan dan Ekonomi Syariah
Padahal awalnya, kegunaan AI hanya untuk memudahkan pekerjaan menjadi lebih efisien. Namun kini, potensi AI bahkan bisa mempengaruhi peningkatan revenue perusahaan. Bagaimana manfaat AI dalam bidang keuangan, di antaranya adalah: (1). Menganalisis Kebutuhan Nasabah, (2). Meningkatkan Keamanan, (3). Mengurangi Risiko Kesalahan Manusia, (4). Menurunkan Biaya Operasional, (5). Membantu Pengambilan Keputusan, (6). Meningkatkan Efisiensi Proses Transaksi, (7). Mempermudah Layanan dengan Otomatisasi.
Penggunaan teknologi kecerdasan artifisial (AI) dalam keuangan syariah juga mampu meningkatkan kinerja lembaga-lembaga keuangan syariah. Hal itu telah dirasakan platform teknologi finansial (tekfin) syariah yang dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan pangsa pasar.
Menurut Global Islamic Fintech Report 2021, ada 250 tekfin syariah di seluruh dunia dan mayoritas beroperasi di Asia atau sekitar 25,7 persen. Total nilai pasar di negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mencapai 49 miliar dolar AS. Jumlah tersebut hanya menyumbang 0,72 persen dari total nilai pasar tekfin global berdasarkan volume transaksinya.
Teknologi telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam menjangkau lebih banyak masyarakat. Oleh karena itu, pemanfaatan AI dalam keuangan syariah (khususnya tekfin syariah) dirasa sangat membantu agenda peningkatan inklusi keuangan. Allahua’lam.[]
Edo Segara Gustanto/Dosen FEBI Institut Ilmu Al-Quran An Nur Yogyakarta