Jakarta, Republiktimes.com – Tak terasa, kita sudah memasuki hari keempat puasa di bulan ramadan. Fenomena pedagang dadakan juga bermunculan. Saat berbuka, terkadang kita lapar mata ingin memborong semua dagangan untuk menu berbuka puasa kita. Tentu ini bertolak belakang dengan esensi puasa, di mana kita harus menahan diri. Bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tapi sifat yang berlebih-lebihan dalam sesuatu.
Dalam surat Al-Furqan ayat 67, Allah mengingatkan: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.”
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al-A’raf: 31)
Dalam kitab Mu‘jam Alfaz Al-Qur’an Al-Karim karya Muhammad ‘Ali an-Najjar tercatat bahwa lafaz israf (sikap berlebihan) disebutkan sebanyak 23 kali dengan segala derivasinya dalam al-Quran.
Lafazh israf di dalam al-Quran selalu disebut merujuk pada konteks negatif dan terlarang dengan makna yang berkisar keluar dari batas keseimbangan. Termasuk berlebih-lebihan ketika berbuka puasa adalah sesuatu yang tidak baik.
Sikap Sederhana Nabi Muhammad
Di balik banyaknya gelar yang disandang oleh Nabi Muhammad SAW, tidak membuatnya untuk hidup sombong. Beliau tetap menjalani hidup dengan sederhana. Makanya, tak salah kalau dirinya bisa dijadikan suri tauladan bagi semua umat.
Berbicara tentang bentuk kesederhanaan Nabi Muhammad SAW, rupanya sampai akhir hayatnya, beliau tak pernah menikmati roti sampai kenyang.
Dari Abu Hurairah RA, beliau berulang kali mengarahkan jarinya ke mulut, sembari mengatakan, “Rasulullah SAW dan keluarganya tidak pernah merasa kenyang dalam tiga hari berturut-turut karena memakan roti gandum. (Keadaan tersebut terus berlangsung) hingga beliau berpisah dengan dunia.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Bukan hanya itu, keluarga Nabi Muhammad SAW juga pernah tidak memasak apa pun selama sebulan dan hanya mengkonsumsi kurma dan air putih.
Aisyah RA mengatakan, “Sesungguhnya kami, keluarga Muhammad pernah selama sebulan tidak menyalakan api (tidak memasak apapun) kecuali kurma dan air.” (HR. Muslim dan at-Tirmidzi). Kesederhanaan Nabi Muhammad SAW juga ditunjukkan ketika dirinya tak berat hati memberikan apa pun yang masih dimilikinya kepada orang lain.
4 Golongan yang Dirindukan Surga
“Surga merindukan empat golongan: orang yang membaca al-Quran, menjaga lisan (ucapan), memberi makan orang lapar, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Golongan pertama adalah orang yang gemar membaca Al-Quran, selain dirindukan oleh surga orang yang gemar membaca Al-Quran juga akan memiliki ketenangan batin yang baik hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan di dalam surat Ar-Rad ayat 28.
Golongan kedua adalah orang yang selalu menjaga lisannya dari kata-kata kotor, mencaci maki, menghujat, atau menghina orang lain. Hal tersebut dijelaskan langsung oleh Rasulullah SAW.
Golongan ketiga adalah mereka yang memberi makan terhadap orang yang kelaparan,. Allah SWT akan membalas kebaikan tersebut dengan memberikannya makan dari buah-buahan di surga.
Golongan terakhir yang akan dirindukan oleh surga adalah orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dimana Allah SWT akan menyediakan pintu surga bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Sikap sederhana dan tidak berlebih-lebihan sangat penting bagi kita seorang muslim, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Alangkah baiknya jika kelebihan harta kita justru untuk memberi makan untuk orang yang membutuhkan (kelaparan). Semoga di bulan ini kita meraih ampunan dari Allah SWT dengan melakukan amalan-amalan sederhana. Aamiin.[]