Gunungkidul, Republiktimes.com – Sumarni, dosen Universitas Gunungkidul, bersama tim peneliti Sriharini, Siti Syamsiyatun, dan Agus Suprianto, mengungkap hasil penelitian tentang pentingnya dukungan komunitas dalam mencegah bunuh diri. Studi ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam terhadap 12 pemangku kepentingan di Gunungkidul, daerah yang kerap menghadapi kasus bunuh diri.
Dalam wawancara dengan Republiktimes, Sumarni menjelaskan bahwa dukungan komunitas terbagi dalam tiga komponen utama: responsivitas, penyembuhan lokal, dan empati. “Keluarga memberikan perlindungan emosional dengan menciptakan rasa aman dan penerimaan bagi anggotanya,” ungkap Sumarni. Di luar lingkungan keluarga, komunitas juga menawarkan perawatan publik seperti dukungan moral dan layanan sosial. Organisasi berbasis komunitas (CBO) bahkan aktif melakukan advokasi sosial dan menyediakan program rehabilitasi.
Penelitian yang berjudul “Sistem Dukungan Berbasis Komunitas dalam Pencegahan Bunuh Diri: Pengalaman dari Akar Rumput Indonesia” telah dipublikasikan pada salah satu Jurnal di UIN Sunan Kalijaga, penelitian ini merekomendasikan penggunaan model integrasi sosial sebagai fondasi jaring pengaman bagi individu rentan. “Restrukturisasi jaring pengaman sosial bisa mencegah berkembangnya pikiran bunuh diri,” jelas Sumarni. Ia menegaskan bahwa pendekatan komunitas memberikan perspektif baru, berbeda dari metode psikologis tradisional yang sering terfokus pada individu tanpa melihat keterkaitan sosial.
Sumarni menambahkan bahwa penelitian lanjutan diperlukan untuk memahami lebih dalam tentang penyembuhan berbasis lokal dan mengidentifikasi cara mengoptimalkan partisipasi komunitas. “Kunci keberhasilan adalah mendorong sikap akomodatif dalam masyarakat, sehingga setiap individu merasa diterima dan berharga,” katanya. Dengan pendekatan integratif ini, tim berharap model pencegahan berbasis komunitas bisa diterapkan secara strategis untuk menekan angka bunuh diri di masa mendatang.