Republiktimes.com – Ada pertanyaan yang menarik, sebenarnya siapa capres yang paling menguntungkan umat islam di Indonesia. Meskipun hasil riset Key Opinion Leader dari Jurnal Publik pada Agustus lalu menyebutkan bahwa sebanyak 70 % masyarakat tidak lagi mengizinkan politik identitas menjadi dominan, pertanyaan ini mungkin masih menjadi hal yang butuh dijawab, mengingat politik identitas masih sedikit banyak mempengaruhi pilpres 2024 mengingat pembelahan bangsa berlangsung tajam pada pilpres 2019 hingga memakan banyak korban.
Pertanyaan pertama untuk menjawab tema ini adalah, apakah umat islam saat ini sulit sekali beribadah hingga sulit melakukan kegiatan politik? memang benar pada zaman pra kemerdekaan, ada gerakan yang disebut dengan Resolusi Jihad melawan penjajah, para santri dan kiyai ikut berperang untuk merebut kemerdekaan Indonesia, merebut bukan mendapat hadiah. Tentu saja mereka ikut berlaga, karena pasal pertama dari Maqosid Syariah / tujuan syariat adalah perintah menjaga agama, maka lahirlah perintah berjihad, demi untuk kebebasan dalam beragama. Tapi apakah kondisi ketidakbebasan pada zaman pra kemerdekaan masih relevan hingga saat ini?
Pertanyaan selanjutnya, apa sih yang dimaksud dengan dien atau agama? Apakah terbatas tentang bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Tentu saja jawabannya tidak. Agama adalah tentang kapan hari yang baik untuk gunting kuku dan memakai parfum hingga bagaimana penjual diperintahkan untuk tidak mengurangi takaran dan timbangan di pasar – pasar. Istilah mudahnya, ada syariat yang mengurusi urusan privat, juga ada syariat yang fokus pada urusan publik.
Lalu sampailah kita pada gagasan – gagasan para calon pemimpin negara di pilpres 2024, kesemuanyaadalah tentang bagaimana membawa bangsa ini menjadi maju berperadaban. Dari gagasan pemenuhan gizi anak bangsa, harga pasar yang stabil, hingga bagaimana Indonesia mampu hidup setara dengan negara superpower. Ya, semua calon pemimpin memberikan program terbaik untuk negara yang di dalamnya berisi rakyat Indonesia dimana sebagian besar adalah umat islam. Bukankah artinya gagasan – gagasan baik itu artinya sedang menolong umat islam dalam mempermudah urusannya dalam melakukan tujuan bersyariat di ruang publik?
Ini artinya, semua paslon berpihak pada umat islam. Kesimpulannya begitu.
Zahra