Jakarta, Republiktimes.com – Dalam debat Cawapres dengan tema ekonomi, muncul istilah yang dimunculkan oleh Abdul Muhaimin Iskandar, yaitu istilah Slepetnomics. Istilah Slepetnomics ini juga sempat trending di twitter (aplikasi X) saat debat cawapres berlangsung. Awalnya, istilah slepet ini muncul dalam guyonan mainan sarung di sosial media yang diperankan oleh Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar, lalu istilah dimunculkan dalam visi misi ekonomi pasangan AMIN.
Adapun secara umum, slepet artinya adalah menyebat atau melecut dalam bahasa Jawa. Bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya, tentu pernah mendengar kata ini dalam komunikasi sehari-hari. Meski begitu, ternyata kata slepet sendiri mempunyai arti yang berbeda menurut Cawapres Cak Imin. Menurutnya, slepet adalah istilah yang tindakan mencambuk rekan atau teman dengan sarung. Selain itu, ia menyebut bahwa slepet berarti tindakan simbolis untuk mengingatkan yang lalai.
Sebagai sebuah terminologi, Slepetnomics ini sah sah saja menurut saya. Baru saja, saya juga menulis buku tentang Zakatnomics, lebih lengkapnya “Zakatnomics; Pengelolaan Zakat dari Good to Great.”
Presiden-presiden sebelumnya juga mengenalkan istilah SBY-nomics, Jokowinomics, dan seterusnya. Hal ini berkaitan dengan kebijakan ekonomi atau pendekatan ekonomi yang terkait dengan tokoh-tokoh tertentu. Misalnya, “Jokowinomics” dapat merujuk pada kebijakan ekonomi yang diimplementasikan selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sebaliknya, “SBY-nomics” merujuk pada kebijakan ekonomi yang dilakukan selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Apa Sebenarnya Slepetnomics?
Cak Imin, panggilan akrab Abdul Muhaimin Iskandar, memperkenalkan kata “slepet” pertama kali dalam visi-misinya bersama calon presiden Anies Baswedan. Menurutnya, arti slepet adalah gerakan menyabetkan sarung yang lazim dilakukan oleh santri.
Ia menjelaskan bahwa kata slepet bukan sekadar gerakan fisik, tetapi juga simbol kebangkitan, penggerak, dan pengingat akan ketidakadilan. “Kata slepet di kalangan santri bisa membangunkan yang tidur, menggerakkan yang loyo, dan sekaligus mengingatkan yang lalai,” katanya.
Dalam penjabaran visi-misinya, Muhaimin menjelaskan bahwa jika terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden, mereka akan “menyelepet” berbagai ketidakadilan di Indonesia. Ia menegaskan bahwa kata slepet bukan hanya sebuah gerakan, melainkan bagian penting dari upaya untuk membawa kemakmuran dan keadilan bagi masyarakat.
“Inilah yang disebut sebagai slepet, menjadi bagian dari kewenangan untuk menghadirkan kemakmuran dan keadilan,” ungkap Cak Imin.
Kontribusi Slepetnomics Untuk Perekonomian Indonesia
Sebagai sebuah kontribusi ide ekonomi untuk pembangunan Indonesia, Slepetnomics adalah gagasan yang bagus. Apabila memang benar, kebijakan ekonomi yang diusung oleh pasangan AMIN untuk membawa kemakmuran dan keadilan.
Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah dan populasi yang besar, memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk membangun fondasi yang kuat bagi masa depan yang berkelanjutan. Saya kira baik jika pasangan AMIN konsen terhadap ini melalui jargon Slepetnomicsnya.
Sejauh ini, meski Cak Imin bilang Slepetnomics ini sudah dibahas oleh timnya, namun saya belum melihat detail konkrit ide-ide ekonomi apa yang akan dilakukan pasangan AMIN. Sebagai seorang yang berlatar belakang ilmu ekonomi, saya mempunyai beberapa usulan untuk pasangan ini.
Usulan untuk pembangunan Indonesia dapat mencakup sejumlah aspek yang mencerminkan tantangan dan peluang spesifik di negara tersebut, di antaranya adalah: (1). Diversifikasi Ekonomi: Mendorong diversifikasi sektor ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu, (2). Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Memberikan dukungan kepada UKM untuk meningkatkan kontribusi mereka terhadap ekonomi, (3). Inovasi dan Teknologi: Mendorong inovasi dan adopsi teknologi baru untuk meningkatkan produktivitas di berbagai sektor, (4). Peningkatan Infrastruktur: Fokus pada pengembangan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti jaringan transportasi, energi, dan telekomunikasi yang handal, (5). Pendidikan dan Keterampilan: Investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing tinggi, (6). Pemberantasan Kemiskinan: Mengimplementasikan kebijakan yang mendorong inklusivitas ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar kelompok masyarakat, (7). Peningkatan Sistem Keuangan: Meningkatkan efisiensi dan kestabilan sistem keuangan untuk mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, (8). Kerjasama Internasional: Mengembangkan hubungan ekonomi yang kuat dengan negara-negara lain dan berpartisipasi aktif dalam kerja sama internasional untuk meningkatkan akses pasar dan sumber daya, (9). Adaptasi Terhadap Perubahan Global: Merespons dinamika ekonomi global dengan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, termasuk penyesuaian terhadap perubahan dalam perdagangan internasional dan teknologi.
Ide-ide tersebut harus disesuaikan dengan konteks dan tantangan spesifik yang dihadapi Indonesia. Dalam mengembangkan kebijakan ekonomi, penting untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mempertimbangkan keberlanjutan, dan memastikan bahwa manfaatnya merata ke seluruh lapisan masyarakat. Allahua’lam.[]
Edo Segara Gustanto/Mahasiswa Doktoral Universitas Islam Indonesia