Tim IPB dalam Ekspedisi Patriot bahas komoditas unggulan transmigrasi kerang

Tim IPB dalam Ekspedisi Patriot

Republiktimes.com – Tim Ekspedisi Patriot menggelar Forum Group Discussion (FGD) pada Senin, 13 Oktober 2025, di Ruang Rapat Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Paser. Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Disnakertrans, ATR/BPN, Bappeda Litbang, dinas teknis, kecamatan, hingga perwakilan desa transmigrasi dan desa penyangga.

FGD menjadi wadah penting bagi tiga perguruan tinggi – IPB University, Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) – untuk memaparkan hasil kajian awal serta mengkonfirmasi data penelitian mengenai identifikasi dan pemetaan komoditas unggulan lokal di kawasan transmigrasi Kerang.

Kepala Disnakertrans Paser, Rizky Noviar, S.STP, membuka acara dengan menekankan pentingnya pengembangan kawasan transmigrasi. Ia menggarisbawahi bahwa masalah tanah masih menjadi persoalan utama. “Adanya Ekspedisi Patriot diharapkan dapat membantu pengembangan kawasan transmigrasi di Kabupaten Paser,” ujarnya. Rizky menambahkan, “Pola transmigrasi sekarang bukan hanya memindahkan penduduk, tetapi juga memberdayakan masyarakat yang ada di kawasan tersebut.”

Hasil kajian awal kemudian dipaparkan. Dari sisi komoditas perkebunan, Tim IPB University menemukan bahwa 92 persen lahan ditanami kelapa sawit, diikuti karet 7 persen dan kelapa 1 persen. “Kelapa sawit menjadi primadona karena harga terjamin, pasar jelas, dan adanya dukungan perusahaan besar,” kata Lailah Azizah Syukur dari tim IPB. Ia juga menyebutkan bahwa pisang mendominasi hortikultura, sementara padi, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu menjadi tanaman pangan utama.

Namun, kajian juga menemukan berbagai kendala seperti terbatasnya sumber air, jalan rusak, hingga sarana olah tanah yang belum memadai. Menanggapi hal itu, Tim ITS memaparkan peta infrastruktur dan kondisi sosial budaya masyarakat. Tradisi gotong royong dan ritual Belian, menurut mereka, menjadi kekuatan lokal yang relevan untuk mendukung pembangunan kawasan.

Sementara itu, Tim UI menyoroti aspek kelembagaan ekonomi. Mereka menemukan bahwa Pasir Belengkong berperan penting sebagai sentral transit ekonomi yang menghubungkan produksi UPT Keladen dengan desa-desa penunjang.

Diskusi kemudian berkembang dengan masukan dari berbagai pihak. Perwakilan Kecamatan Tanjung Harapan menekankan perlunya pelatihan bagi transmigran yang tidak semua berlatar belakang pertanian. ATR/BPN Paser mengungkapkan bahwa masih ada 60 bidang tanah di UPT Keladen yang tumpang tindih klaim, meski 120 bidang lainnya siap disertifikasi. “Kami berkomitmen menuntaskan persoalan ini sebelum akhir tahun,” tegas perwakilannya.

Bappeda Litbang menambahkan harapan agar riset Ekspedisi Patriot menghasilkan rekomendasi praktis dan bisa diimplementasikan lintas dinas. Sedangkan BPS Paser memastikan bahwa data tim peneliti sesuai dengan data resmi mereka.

Dari sisi desa, suara masyarakat juga cukup kuat. Perwakilan Desa Riwang mengungkapkan ketergantungan warga pada sawit. “Mayoritas warga bertani sawit karena pasar komoditasnya lebih terjamin. Tapi kami berharap ada pengembangan pasar untuk tanaman pangan lain,” katanya. Warga juga mengusulkan agar pabrik dibangun untuk menampung hasil ubi, jagung, dan padi.

Desa Kerang menambahkan informasi bahwa mereka juga menanam pisang, semangka, dan tomat yang dipasarkan hingga ke Balikpapan. Saat ini ada 14 kelompok tani aktif di kawasan tersebut.

Menanggapi berbagai masukan, Dr. Doni Sahat Tua Manalu, S.E., M.Si, dari IPB University menegaskan perlunya kolaborasi multi-sektor. “Tim peneliti sudah memetakan potensi komoditas dan tantangan di UPT Keladen. Komoditas unggulan yang diusulkan akan berpengaruh ke desa penyangga, dari rantai pasok hingga pasar, agar tercipta perubahan yang komprehensif,” jelasnya. Ia menambahkan, “Harapannya, rekomendasi ini dapat membawa perubahan signifikan bagi UPT dan desa sekitar.”

Dr. Doni juga menekankan pentingnya sinkronisasi data lapangan dengan masukan desa penunjang. “Mengenai komoditas unggulan, saran dari desa-desa sekitar seperti jagung, singkong, talas, cabai, dan padi akan kami pertimbangkan dalam rekomendasi,” ujarnya.

Diskusi berlangsung dinamis hingga akhir acara. Kepala Disnakertrans Paser kembali menutup dengan menegaskan arah pembangunan daerah sesuai Asta Cita, khususnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan. “UPT Keladen merupakan titik magnet yang dikelilingi desa-desa penunjang. Jalur rantai pasok di Pasir Belengkong harus dirancang lebih rinci bersama Bappeda Litbang,” ucapnya.

Ia juga menekankan pentingnya mengembangkan potensi pisang yang banyak ditanam warga, melalui pelatihan, pengolahan, hingga penguatan pasar.

FGD ini menjadi tonggak penting kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat transmigrasi. Hasil kajian dan masukan lapangan diharapkan dapat melahirkan rekomendasi strategis untuk menjadikan kawasan transmigrasi Kerang lebih produktif, inklusif, dan berkelanjutan di masa depan.