Memprediksi Menteri Ekonomi dan Keuangan Prabowo

Jakarta, Republiktimes.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan siapa pemenang Pilpres 2024. Meskipun masih ada gugatan ke PTUN dari pasangan 03 (Ganjar-Mahfud) atau partai yang mendukungnya, mayoritas partai yang berkompetisi sudah menerima hasil yang diputuskan oleh KPU.

Wacana seputar pembentukan kabinet baru tentu menjadi sorotan utama. Dengan Prabowo Subianto mengambil alih kepemimpinan sebagai Presiden, pertanyaan mengenai siapa yang akan mengisi posisi kunci dalam kabinet, khususnya Menteri Ekonomi dan Keuangan, tentu menjadi topik yang hangat.

Mengingat hubungan Sri Mulyani yang tidak cukup baik dengan Prabowo Subianto, kemungkinan besar ia tidak akan lagi menjadi pilihan Prabowo Subianto. Meski kiprah Sri Mulyani 20 tahun belakangan (Periode SBY dan Jokowi) sebagai Menteri Keuangan cukup baik. Lalu muncul spekulasi, kira-kira siapa yang akan mengisi pos Kementrian Ekonomi dan Keuangan di era Prabowo.

Prediksi Perekonomian Indonesia di 2024

Pada tahun 2024, perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:

  • Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor. Kebijakan Pemerintah, stabilitas politik, dan kondisi ekonomi global juga akan berperan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,05% (yoy), lebih tinggi dari angka consensus forecast sebesar 5,03%. Permintaan domestik, industri pengolahan, dan perdagangan menjadi sumber utama pertumbuhan. Selain itu, pertumbuhan Konsumsi LNPRT juga turut melejit seiring masa kampanye Pemilihan Umum.
  • Inflasi: Tingkat inflasi, atau kenaikan umum harga barang dan jasa, adalah faktor penting dalam perekonomian. Bank Indonesia biasanya berusaha menjaga inflasi tetap stabil dan terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi Indonesia tercatat sebesar 3,05% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2024. Inflasi tidak akan menahan laju konsumsi tahun depan kecuali terjadi lonjakan inflasi pada makanan volatil. Beberapa insentif fiskal yang digelontorkan pemerintah seperti PPN DTP 100% untuk pembelian rumah komersial kurang dari Rp2 miliar, serta anggaran bansos dan subsidi yang relatif stabil dinilai akan menjaga daya beli masyarakat.
  • Kebijakan Moneter: Kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia, termasuk keputusan tentang suku bunga, likuiditas, dan kebijakan mata uang, dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Nilai tukar rupiah per hari ini (29/4/2024) belum menunjukkan kinerja positifnya jika dibandingkan dengan dollar US. Meski Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6.25% pada 24 April 2024, kebijakan ini belum menunjukkan hasilnya. Selain menaikkan BI Rate, kiranya Pemerintah juga dapat menerapkan kebijakan kontrol modal untuk mengatur arus modal masuk dan keluar negara. Hal ini dapat membantu mengurangi volatilitas nilai tukar dan menjaga stabilitas ekonomi. Selain itu Pemerintah bisa membuat kebijakan ketahanan Ekonomi Makro dengan memperkuat fundamental ekonomi makro seperti cadangan devisa yang cukup, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan kebijakan keuangan yang bijaksana dapat membantu mendukung nilai tukar rupiah.
  • Kondisi Global: Ekonomi Indonesia terkait erat dengan kondisi ekonomi global. Perubahan dalam perdagangan internasional, harga komoditas, dan kondisi ekonomi di negara-negara mitra dagang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dengan berlanjutnya tren penurunan harga komoditas primer andalan Indonesia seiring melemahnya perekonomian global. Sehingga turut melemahkan kontribusi ekspor terhadap PDB.
  • Perdagangan Internasional (ekspor-impor): Proses hilirisasi di sektor pertambangan, yang telah meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia, diperkirakan masih akan memberikan dampak positif dalam beberapa tahun mendatang. Dalam kurun waktu 12 tahun, rata-rata pangsa pasar ekspor Indonesia mencapai 75%, terfokus pada 13 negara tujuan utama, di mana 62% di antaranya berada pada pasar China, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, India, dan Malaysia. Ketergantungan yang tinggi pada ekspor ke satu negara dan produk tertentu menjadikan kinerja perdagangan rentan terhadap guncangan eksternal.
  • Investasi dan Infrastruktur: Investasi dalam infrastruktur dan sektor-sektor penting lainnya dapat membantu mendorong pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. Dari sisi investasi, banyak pengamat memproyeksi para investor cenderung akan wait and see hingga ada kepastian hasil penyelenggaraan pemilu, sehingga arus masuk investasi baru akan cenderung tertahan setidaknya hingga tiga kuartal pertama tahun depan. Namun, investasi untuk peningkatan kapasitas produksi usaha yang telah eksis, seperti di sektor industri manufaktur dan jasa-jasa diperkirakan relatif tidak akan terpengaruh oleh kontestasi politik.
  • Program Hilirasi: Pada tahun 2024, program hilirisasi diprediksi akan terus mendorong pertumbuhan investasi langsung dan penanaman modal tetap bruto (PMTB), melalui perluasan hilirisasi seperti gasifikasi batubara, pembangunan smelter bauksit, smelter tembaga, pabrik pupuk, dan pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik.

Siapa Tim Ekonomi yang Akan Membantu Prabowo?

Prabowo Subianto, sebagai mantan Jenderal TNI dan tokoh politik yang berpengaruh, dikenal akan pandangan ekonominya yang cenderung proteksionis dan nasionalis. Dalam pengisian posisi Menteri Ekonomi dan Keuangan, Prabowo mungkin akan cenderung memilih sosok yang memiliki rekam jejak yang kuat dalam memperjuangkan kemandirian ekonomi negara dan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada kepentingan dalam negeri.

Beberapa nama yang mungkin muncul dalam spekulasi adalah mereka yang memiliki latar belakang di bidang ekonomi dan keuangan, baik dari kalangan akademisi, birokrat, maupun praktisi bisnis. Potensialnya, Prabowo dapat memilih seseorang yang memiliki pengalaman luas dalam mengelola kebijakan ekonomi, baik di sektor publik maupun swasta.

Selain itu, dalam proses pemilihan Menteri Ekonomi dan Keuangan, Prabowo juga mungkin mempertimbangkan aspek kepentingan politik dan dinamika partai politik pendukungnya. Konsolidasi kekuatan politik dan pemberian posisi strategis dalam kabinet dapat menjadi pertimbangan dalam memilih calon menteri.

Menteri Ekonomi dan Keuangan, Profesional, Birokrat atau Politisi?

Dari unsur birokrat dan profesional ada beberapa nama potensial misalnya: Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan), Kartika Wirjoatmodjo (Wakil Menteri BUMN), Mahendra Siregar (Ketua Regulator Keuangan), Royke Tumilaar (Dirut Bank Negara Indonesia), Chatib Basri (Komisaris Bank Mandiri), Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia).

Dari kalangan politisi ada beberapa nama kandidat yang cukup kuat di antaranya adalah Drajad Wibowo (Ekonom dari Partai Amanat Nasional), Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar), Erick Thohir (Menteri BUMN/Ketua PSSI), Sandiaga Salahudin Uno (Menperekraf/Politisi PPP), Agus Harimurti Yudhoyono (Ketua Partai Demokrat), Fahri Hamzah (Partai Gelora).

Namun, spekulasi ini harus diimbangi dengan kenyataan bahwa keputusan akhir terkait pembentukan kabinet adalah hak prerogatif Presiden. Prabowo mungkin memiliki preferensi pribadi atau alasan politik tertentu yang akan memengaruhi pilihannya terhadap tim ekonominya di Pos Kementrian.

Dengan demikian, prediksi tentang siapa yang akan menjadi Menteri Ekonomi dan Keuangan di era Prabowo tetaplah bersifat spekulatif. Harapan dan harapan politik yang diungkapkan oleh berbagai pihak akan segera terjawab ketika Prabowo mengumumkan susunan kabinetnya secara resmi. Kita lihat saja nanti.[]

Edo Segara Gustanto/Dosen FEBI IIQ An Nur Yogyakarta

 

Share this post :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on pinterest
Pinterest